Rabu, 09 November 2011

Laron

" Dalam koloni, rayap tidak memiliki sayap. Namun demikian, beberapa rayap dapat mencapai bentuk bersayap yang akan keluar dari sarangnya secara berbondong-bondong pada awal musim penghujan (sehingga seringkali menjadi pertanda perubahan ke musim penghujan) di petang hari dan beterbangan mendekati cahaya. Bentuk ini dikenal sebagai "laron"  
( sumber : Wikipedia )


Semalam hujan full time hingga menu makan malam jadi berubah ke pop mie karena keburu ujan deras sekali dan gak sempat mampir beli maem. 
Semalaman, betul betul semalaman ujan mengguyur bumi. Untung atap diatas gak bocor sehingga tidurpun lelap gak keganggu bunyi tetes tetes air.
Dan pagi tadi kujumpai lagi fenomena alam yang membawa ingatan ke masa lampau. 
Yah, laron laron beterbangan menandakan awal musim penghujan. Sekelompok laron yang masih beterbangan di saat matahari telah naik adalah penunjuk perubahan cuaca sekaligus mahluk yang mengejar kematian. Perhatikan mereka, agak siangan pasti tubuh tubuh mereka akan terbaring ditanah tanpa sayap dan terinjak mahluk omnivora berbaju.


Ingatanku melayang dimana saat kaki kaki kecilku suka berlari mengejar seekor laron dan menangkapnya. Membuang sayapnya dan meletakkan laron malang tersebut pada lengan.
Geli rasanya, begitu laron tersebut merayap pada tangan.
Ada satu kebiasaan pada komunitas desa dimasa lalu pada awal musim pernghujan seperti ini. Biasanya malam hari saat laron berterbangan, sekelompok anak akan membawa sebuah lampu teplok (silahkan cari sendiri definisi dari lampu jenis ini pada search engine) dan meletakkan di tengah wadah berisi air. Saat itu walo listrik telah masuk desa, lampu lampu dipinggir jalan belum dipasang sehingga hanya cahaya temaram dari dalam rumah yang menerangi halaman. 
Sontak begitu cahaya lampu teplok menerangi halaman, laron laron beterbangan menghampiri dan berakhir pada jatuhnya sang laron pada air disekeliling lampu. 


Berakhir begitu saja ???
Tidak, laron laron yang terkumpul pada wadah air akan dimasak menjadi isi rempeyek atou bothok. Tapi hingga saat ini aku sendiri belum pernah merasakan seperti apa masakan itu. Sang ibu tidak pernah mau masak resep ala laron karena merasa geli dan takut biduren.


Rindu keceriaan masa kecil itu. Kegembiraan sederhana dari fenomena alam yang rasanya mustahil diterapkan saat ini dimana semua tempat telah benderang oleh lampu jalanan. 
Anak - anakpun sudah tidak tertarik dengan laron - laron kecil itu, 
sedangkan bapak - bapakpun lebih tertarik pada "laron-laron malam".




Ada yang punya kenangan yang sama ???



Tidak ada komentar:

Posting Komentar