"Janganlah seorang istri minta cerai dari suaminya tanpa alasan (sebab yang dibenarkan), niscaya dia tidak akan mencium bau surga yang baunya dapat dirasakan pada jarak tempuh 40 tahun" (HR. Ibnu Majah)
Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian.
Sebenarnya kata perceraian adalah kata yang sangat di tabukan dalam urusan rumah tangga, akan tetapi bagaimanapun perceraian tetap merupakan suatu opsi yang bisa dijalankan bila bahtera itu sudah tidak mungkin lagi dipertahankan.
Biduk rumah tangga merupakan hasil interaksi 2 anak Adam yang masing-masing memiliki ego dan jalan pikiran yang berbeda. Sehingga bila ke 2 karakter tesebut sudah tidak bisa lagi menyamakan visi, apa boleh buat bila opsi perceraian yang diambil. Opsi ini dianggap lebih baik daripada memaksakan 2 karakter tetap terbelenggu dalam ikatan yang tidak bisa lagi menghadirkan kedamaian. Apa terbayangkan menjalani sisa hidup dalam keterpaksaan belenggu perkawinan dan menghadapi konfrontasi hampir di setiap menit kehidupan?
Mulutmu adalah harimaumu
Apakah ada telinga seorang suami yang tahan terhadap tantangan cerai dari seorang istri?
Seberapa bebal dan buntunya telinga pasti tantangan itu sedikit demi sedikit akan menggerus pertahanan, apalagi memang pondasi menuju perkawinan itu tidak seberapa kuat. Bukankan 80% kalo dikurangi 1% tiap hari dalam waktu 80 hari akan menjadi zero ?
Karena itu hai para wanita yang berstatus istri atau sedang menuju status istri, jagalah kalimat yang keluar dari mulutmu. Mulutmu adalah harimaumu, yang akan mengoyakmu bila tidak terjaga. Seorang suami tidak butuh kata-kata manis yang menina bobokan, tapi akan lebih menghargai bila kata yang terucap dari sang istri kalimat yang tidak menghancurkan ego dan pikirannya. Bagaimanapun laki-laki adalah imam dalam keluarga.
Deal .... ???
(dari sepenggal kehidupan yang terkoyak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar